Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Setiap manusia yang hidup

Gambar
Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini tidak akan terlepas dari sebuah masalah. Walaupun terkadang masalah tersebut membuat seseorang merasa terpuruk dan putus asa. Namun tidak sedikit seseorang yang belajar dari masalah untuk menjadikan pribadinya menjadi lebih dewasa. Memanglah sulit untuk menjalani sebuah masalah, apalagi untuk sebuah masalah yang memaksa kita untuk meninggalkan sesuatu yang kita cintai. Akan tetapi setiap masalah dan musibah yang hadir dalam kehidupan kita adalah cara Allah untuk menjadikan diri kita menjadi lebih baik untuk massa depan kita

Klasis Maro, rapat BPL GIDI 2019 bahas tiga agenda penting Reporter: Ans

Gambar
Klasis Maro, rapat BPL GIDI 2019  November 25, 2019 7:00 am Klasis Maro, rapat BPL GIDI 2019 bahas tiga agenda penting Reporter:  Ans K Pemukulan tifa oleh Presiden GIDI, Pdt. Dorman Wandikbo, Bupati Merauke Frederikus Gebze (tengah), dan Ketua Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII), Pdt. Dr. Ronny Mandang – Panitia untuk Jubi Papua No. 1 News Portal | Jubi EMPAT penginjil yang sudah memutih rambutnya ini tentulah berbangga hati saat ini. Sejak 51 tahun lalu meninggalkan kampung halamannya di tengah-tengah pegunungan Papua, untuk menjalankan misi penginjilan dan pemuridan di daerah datar dan berawa di selatan, dengan bangga dan sukacita, seluruh anggota jemaatnya dari (anak) Klasis Maro membuktikan kesiapannya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Rapat Badan Pekerja Lengkap (BPL) Gereja Injili Di Indonesia (GIDI), mulai 23-27 November 2019. Presiden GIDI, Pendeta Dorman Wandikbo, sebagai pemimpin Gereja berbasis orang asli Pa

Pribadi dokumen

Gambar
Pikir mereka, manusia berjalan hanya dengan kaki telanjang. Tak ada sandal, sepatu, apalagi sebelum memakai itu kaki terlebih dahulu harus dibungkus kaus kaki. Kaki-kaki mereka seolah telah dipasangi magnet bermedan kuat. Sejauh apapun mereka berjalan, seterjal apapun jalanan, tak akan membuat mereka takut terluka. Bukan berarti mereka tak pernah terluka. Mereka hanya tidak memprioritaskan luka sebagai problematika hidup nomor satu.         Wemiles tak pernah tahu tanggal berapa ia dilahirkan. Di distriknya, waktu tak pernah menjadi primadona yang banyak dipuja namun cepat berlalu. Umurnya kira-kira sembilan tahun. Ia belum tahu perbedaan hari ini, kemarin, dan besok, apalagi lusa. Pagi, siang, dan malampun hanya berakhir menjadi repertoar pergantian hari yang bahkan Ia tak hafal nama-namanya. Kabar baiknya Wemiles tahu betul Ia tinggal di Indonesia. Saat melihat peta yang dipasang di perpustakaan sekolah, jari-jari tangannya dengan  gesit menunjuk Pulau Papua, tempat Ia dilahirk