Pemukulan tifa oleh Presiden GIDI, Pdt. Dorman Wandikbo, Bupati Merauke Frederikus Gebze (tengah), dan Ketua Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII), Pdt. Dr. Ronny Mandang – Panitia untuk Jubi
Papua No. 1 News Portal | Jubi
EMPAT penginjil yang sudah memutih rambutnya ini tentulah berbangga hati saat ini. Sejak 51 tahun lalu meninggalkan kampung halamannya di tengah-tengah pegunungan Papua, untuk menjalankan misi penginjilan dan pemuridan di daerah datar dan berawa di selatan, dengan bangga dan sukacita, seluruh anggota jemaatnya dari (anak) Klasis Maro membuktikan kesiapannya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Rapat Badan Pekerja Lengkap (BPL) Gereja Injili Di Indonesia (GIDI), mulai 23-27 November 2019.
Presiden GIDI, Pendeta Dorman Wandikbo, sebagai pemimpin Gereja berbasis orang asli Papua ini pun mengagumi kerja keras para penginjil yang kini adalah pendeta-pendeta, perintis GIDI di wilayah Selatan Papua tersebut.
“Orang tua, terima kasih. Kami memetik hasil 51 tahun lalu itu saat ini. Ini adalah kebanggaan kami, untuk datang dan berkumpul bersama. Terlebih untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan Yesus,” ujar Pdt. Wandikbo, membayangkan susah payahnya keempat penginjil tersebut ke tempat asing, tahun 1968 silam.
Tiga dari empat pendeta, yang berumur panjang ini adalah Mbi’mbert Gurik, Timotius Gurik, dan Gerry Wenda.
Pernyataan tersebut diucapkan Pdt. Wandikbo terkait pemilihan Klasis Maro, Wilayah Pantai Selatan Papua, yang selama sepakan akan menjadi tuan rumah agenda tahunan BPP GIDI tersebut. Terdapat tiga agenda yang akan dibahas oleh 700an peserta yang merupakan perwakilan dari delapan wilayah pelayanan GIDI se-Indonesia; 87 ketua klasis dan badan pekerja se-Indonesia, serta badan pioneer, badan zending, dan tokoh pendiri GIDI.
“Rapat BPL tahun ini menitikberatkan pada tiga isu penting, yaitu penginjilan bagi anak-anak dan pemuda; kemandirian gereja terkait keuangan; dan pelayanan GIDI tentang penginjilan dan pemuridan,” kata Pendeta, di Merauke, Minggu (24/11/2019).
Pembukaan kegiatan, yang dilangsungkan di kompleks Kantor GIDI, Jalan Pertanian-Jati-jati, Kelurahan Rimba Jaya, menjadi momen penting, di mana turut dihadiri tiga bupati yakni Bupati Merauke, Frederikus Gebze, Bupati Yahokimo Abock Busup, dan Bupati Tolikara Usman Wanimbo, serta Wakil Ketua I DPRP, Yunus Wonda serta sejumlah wakil rakyat yang merupakan kader GIDI. Selain itu, hadir pula perwakilan masyarakat Papua Nugini (PNG).
Tiga agenda utama
Agenda pertama, seperti disebutkan Pdt. Dorman Wandikbo, yakni akan membahas tentang penginjilan khusus bagi anak-anak dan pemuda. Melihat perkembangan teknologi dan informasi yang semakin tinggi dan tidak terbendung, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi generasi muda saat ini dalam hal pertumbuhan iman rohani.
“Generasi ini harus diinjili,” katanya.
Agenda kedua, para peserta rapat BPL diharapkan berpikir keras memberikan pemikiran-pemikiran untuk kemandirian gereja. Dalam hal ini, jelas Pendeta, terkait sumber-sumber keuangan gereja. Ia mengatakan, GIDI, yang telah berumur lebih dari lima-puluh tahun ini, harus kembali menerapkan konsep-konsep para penginjil lama, maupun kebudayaan orang asli khususnya dari kawasan pegunungan tengah, untuk “menghidupi” gereja dan melancarkan pekerjaan pelayanan gerejawi: penginjilan dan pemuridan.
Menurut Presiden GIDI, yang kembali terpilih untuk kedua kalinya ini, saat-saat ini gereja seolah dibuat manja.
“Proposal-proposal kita hentikan. Kembali hidupkan kemandirian kita. Yang sadar sebagai anak gereja, anak penginjil, tentulah harus memberi dari hatinya untuk Tuhan, untuk kelancaran pelayanan bagi-Nya,” Pdt. Wandikbo menjelaskan.
Pada masa mendatang, Pendeta berharap gereja tidak lagi bergantung kepada bantuan-bantuan dari pihak di luar jemaat. Ia mencontohkan seperti instansi pemerintah. Ketergantungan seperti demikian, katanya, berbahaya untuk kemandirian gereja.
“Hidup dengan ketergantungan justru akan melemahkan iman. Sekarang harus berubah. Kita punya buah merah, umbi-umbian, jagung. Masih banyak lagi hasil bumi yang lain. Itu yang harus kita olah, kembangkan, untuk menjalankan misi pelayanan,” ucapnya.
Pendeta Wandikbo mengakui, GIDI memiliki kader-kader gereja yang menempati banyak tempat penting di banyak bidang, termasuk pemerintahan. Kendati demikian, pendeta berharap, apapun yang diberikan bagi gereja adalah pemberian karena tergerak hatinya untuk Tuhan, “bukan karena membawa nama jabatan, tapi karena hatinya tergerak oleh Roh Kudus.”
Agenda ketiga atau terakhir adalah pelayanan GIDI.
“Pelayanan GIDI, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” jelas Pdt. Wandikbo.
Katanya, GIDI telah membuka pelayanan di hampir seluruh daerah di Indoesia.
“Semua tempat sudah ada. Hanya Ambon dan NTT yang kami beru rintis, masuk ke sana,” ucapnya.
Selain di Indonesia, GIDI pun sudah membuka pelayanan di luar negeri. Di antaranya, Papua Nugini, Uganda, Afrika Selatan, dan sedang dirintis saat ini di benua Australia.
“Khususnya bagi suku Aborogin,” Pendeta menjelaskan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pdt. Wandikbo menambahkan bahwa evaluasi pelayanan selama setahun ini pun akan dilakukan. Ia meminta seluruh peserta Rapat BPL untuk tetap menjaga stamina agar dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik hingga selesainya.
“Saya, Presiden GIDI, bersama seluruh pengurus Badan Pekerja Pusat menyampaikan terima kasih kepada panitia di Klasis Maro untuk seluruh persiapan ini. Dan, kami juga mengucapkan selamat mengikuti rapat BPL 2019 kepada seluruh hamba Tuhan. Tuhan Memberkati kita semua.” (*)
Editor: DEMAKA TABUNI
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan populer dari blog ini
-
Karume Karume merupakan salah satu bagian dari sastra Toraja. Bentuknya adalah teka-teki dalam bahasa Toraja tentunya. Menggunakan bahasa kiasan yang mengharuskan seseorang berpikir untuk menebaknya. Basa kalena bangmi rokko, iake den komi morai urranganni bisa bangsia. Dolokan dadi na indo’ki : anak papa Banuanna nene’ki saratu’ pentiroanna : buria’ manuk Banua disalli’ leko’ : liang Dipake anna ba’ru tangdipake anna malusa : lalan Bosi pollo’na kanunu-nunu matanna : papa tallang Diballa tanete mere tasik : palita/dama’ Dipoloipi ulunna na mane morai mangiru’ : suke Kelette’ pa tang lumingka : kadera Kumande tambukna kattai boko’na : gattang Lulangngan sia lurokko na uai manna sarona : asan Male tambukna torro kalena : banua Mane diba’ta anna ta’pa mondo : uai Misa’ kukataku’ da’dua tangkukataku’ : tete Sae pepasanna datu alla’ rinding naolai : angin Sungkalla’ sumpu langi’ : ...
Home » BERITA PAPUA , SUARA MAMA PAPUA » Sebenarnya Perempuan Papua Itu Sudah Cantik Secara Alami Sebenarnya Perempuan Papua Itu Sudah Cantik Secara Alami Written By Unknown on Sabtu, 22 April 2017 | April 22, 2017 MAJALAHTOLI – Tertarik dengan sebuah teguran yang diberikan sebagai dorongan motivasi bagi perempuan Asli Papua oleh Bapak Dosen Felix Degey yang juga adalah penulis artikel ini. Dan artikel ini sebelumnya diposting di wenaskobogau.com, dengan judul “Perempuan Papua Sudah Cantik Secara Alami” dan disini saya hanya memperbanyak lagi, supaya sama-sama dapat motivasi yang banyak juga yea. Hm maklum ea, ini adalah pertama postingan saya di NL Community, dapat inpirasi awal hehe.* Ide untuk menulis tulisan ini muncul setelah melihat dan mengamati gaya dandanan yang belakangan ini terlihat berlebihan pada kebanyakan Perempuan Asli Ras Melanesia dari Tanah Papua. Entah itu asli atau palsu tidak jelas. Sehin...
SURYAMALANG.SUKUN - Plt Ketua PPLP PT PGRI Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) , Slamet Riyadi dan Pjs Rektor Unikama Dr Koento Adji Kurniawan bersama pejabat struktural lainnya berupaya menduduki kantor rektor Unikama namun gagal, Jumat (5/10/2018). Para rombongan tertahan di depan pintu gerbang kampus karena pagarnya digembok oleh petugas keamanan. Sempat terjadi keributan antar petugas satpam kampus dengan satpam di pihak Koento. Namun keributan itu tidak berlangsung lama. Karena tidak bisa masuk kampus, Slamet dan Koento Adji Kurniawan bersama pejabat struktural Unikama lainnya tak mau memaksakan diri. Mereka enggan membongkar atau merusak gembok pintu pagar kampus meski dikawal puluhan anggota polisi. Para rombongan akhirnya membubarkan diri. Setelah itu, Koento mengadu ke Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI) di Surabaya, Jumat (5/10/2018). Mereka mengadu ke LL DIKTI karena tidak bisa masuk Unikama untuk menjalankan tugas dan kewajibannya setelah...
Komentar
Posting Komentar