Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Lani papua wene ngorek me niniki Maluk agarak ow

Gambar
MENU PERH Penggunaan sebagian atau seluruh materi dalam portal berita ini tanpa seijin redaksi   tabloidjubi . com   akan dilaporkan kepada pihak berwenang sebagai tindakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang HAK CIPTA dan/atau UU RI Nomor 19 Tahun 2016 atas perubahan UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Inform Jayapura, Jubi  – Perdana Menteri Vanuatu, Charlot Salwai mengakui    meskipun Forum Pemimpin Pasifik (PIF) di Samoa minggu lalu membahas West Papua sebagai item agenda, beberapa anggota PIF menganggap West Papua sebagai isu sensitif dan tidak ingin forum membuat keputusan. Walau demikian, Salwai yang memimpin lobi West Papua selama PIF berlangsung juga mengakui dukungan terhadap isu West Papua terus berkembang. “Jika tahun lalu ada tujuh negara, termasuk Vanuatu dan Solomon Islands, saat ini menjadi delapan negara yang bergabung dalam Paciifc Islands Coalition for West Papua

puluhan warga Papua di Surabaya

Gambar
Puluhan warga Papua melakukan aksi demonstrasi damai di Bundaran Renon, Denpasar, Kamis (22/8/2019) pukul 10.00 wita. Mereka menentang rasisme, diskriminasi dan pelanggaran HAM terhadap mahasiswa di Jawa Timur. Warga yang menamakan diri Ikatan Mahasiswa, Pelajar dan Masyarakat Papua (Immapa) tersebut menyampaikan tiga tuntutan.  Pertama;  hentikan diskriminasi, rasial, dan represifitas oleh militer dan ormas rekasioner terhadap mahasiswa dan bangsa Papua secara umum.  Kedua;  usut tuntas dan adili pelaku yang mengeluarkan perkataan rasis dan tindakan represifitas militer yang berlebihan di Surabaya dan Malang. Puluhan warga Papua yang tergabung dalam Immapa membawa sejumlah poster saat melakukan aksi dama di Bundaran Renon, Denpasar (foto: zul trio anggono) Ketiga ; berikan kebebasan bagi bags Weest Papua untuk menentukan nasibnya sendiri atau referendum sebagai alternatif untuk terbebas dari rasisme, pelanggaran HAM, dan seluruh penindasan di atas tanah Papua. Koordinator aks

Mama Papua

Mama Papua Curhat Sambil Menangis: Kami Tidak Melahirkan Anak Binatang Mama Papua Curhat Sambil Menangis: Kami Tidak Melahirkan Anak Binatang Agustus 28, 2019 oleh Redaksi Jejak Publik - 191 views Mama-mama Papua saat curhat di hadapan Kepala Badan kesbangpol Sulut Drs Meiki Onibala dan Karo Pemerintahan Setdaprov Sulut DR Jemmy Kumendong SH MH di kantor Kesbangpol Sulut, Rabu (28/08/2019). MANADO, JP- Warga Papua yang tergabung dalam Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Anggota DPRD Papua mendatangi Kantor Kesbangpol Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (28/08/2019). Dihadapan Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Sulut Drs Meiki Onibala dan Kepala Biro Setdaprov Sulut DR Jemmy Kumendong SH MH mewakili Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE, mama-mama Papua menyampaikan unek-unek mereka terkait masalah rasisme dan diskriminasi yang dialami warga Papua. “Kami mama-mama Papua tidak melahirkan anak binatang. Kami melahirkan anak manusia ciptaan Tuhan. Tapi kenapa kami warg

Frewet west papua

Gambar
Semoga Allah Bangsa West Papua membuka hati,pikiran dan keberanian dalam mengambil kebijakan yang Tepat kepada Bapak Berdua. Dan juga semoga Bapak berdua benar-benar dapat mengerti,merasakan dan paham tentang Keinginan,Kerinduan serta Tuntutan Utama seluruh Rakyat Papua dan Papua Barat... Yang Dikarenakan banyaknya kasus-kasus Pelanggaran HAM di Papua dan Papua barat sejak proses aneksasi  tahun 1961 sampai saat ini tgl (24 agustus 2019 Dimana Aparatur Negara kolonial Indonesia melalui TNI (Tentara Nasinal Indonesia)yg  berkewajiban sebagai benteng pertahanan Indonesia,Tetapi nyatanya mereka inilah aktor utama yg selalu menindas,meneror,dan bahkan Membunuh kami Rakyat West Papua tanpa adanya rasa kemanusiaan seakan-akan diperlakukan seperti binatang. Tetapi kasus- kasus itupun TIDAK PERNAH DISELESAIKAN dan selalu dianggap sebelah mata sampai detik ini Bapak berdua sendiri sudah melihat,mengikuti,dan mendengar bahwa Sekarang ini seluruh rakyat WEST PAPUA sudah mulai bersatu dan

Pepera :bersama indonesia atau mati

Gambar
Pepera: Bersama Indonesia atau Mati Lewat Pepera, rakyat Papua dihadapkan pada dua pilihan: bergabung dengan Indonesia atau merdeka. Namun nyatanya, Jakarta hanya punya satu pilihan. Oleh  Martin Sitompul   Dewan Musyawarah Pepera (DMP) saat sidang Pepera. Foto: Repro buku "Api Perjuangan Pembebasan Irian Barat" karya Suyatno Hadinoto. PAPUA, 8 Oktober 1968. Tiga orang tentara menjemput Joel Boray di kediamannya. Salah satu dari mereka mengetuk pintu rumah. Yang lain berkata: “Pak Joel Boray, ikut kami sebentar, diperiksa sebentar nanti pulang.” Tidak kuasa melawan, Joel dan kawan-kawannya terpaksa ikut. Joel Boray kena tipu. Sesampainya di markas tentara setempat, dia ditahan. Tentara mengunci mereka dalam satu ruangan dilanjutkan dengan pemukulan hingga berdarah-darah. Penganiayaan itu terjadi karena Joel nekad mengadakan demonstrasi. Dalam aksinya, Joel bersama guru-guru di Biak menolak Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang akan diseleggarakan pe

Mahasiswa papua sendrawasih

Gambar
Mahasiswa Papua di Medan Ingin Bumi Cendrawasih Merdeka Medan -  Ketua Ikatan Mahasiswa Papua (IMP) Sumatera Utara Damiel Wandik mengatakan tidak ada solusi lain untuk Papua saat ini kecuali diberi kemerdekaan. "Tidak ada solusi lain selain Papua merdeka sepenuhnya," kata Damiel dalam diskusi bertemakan Solidaritas Untuk Papua di Medan, Sabtu, 24 Agustus 2019. Sebelumnya, puluhan mahasiswa asal Bumi Cendrawasih ini sempat menyatakan apatismenya terhadap diskusi menyoal Papua yang sejauh ini menemui jalan buntu, berbagai dialog menurut dia tidak melahirkan solusi konkret untuk perubahan tanah kelahirannya. "Apakah ini mau mendukung atau sebatas diskusi saja? Karena diskusi sudah banyak, tapi tidak ada ditemukan solusinya," ucapnya. Menurut Damiel, apa yang telah terjadi soal rasisme di  Surabaya  sudah menjadi santapan sehari-hari yang biasa mereka hadapi. Jadi, kata dia, apa yang dialami orang Papua amat pelik. "Kejadian seperti itu membuat kami

Sempat diamankan polisi, mahasiswa Papua sudah kembali kuliah

Gambar
Sempat diamankan polisi, mahasiswa Papua sudah kembali kuliah Mahasiswa Papua di Surabaya kini telah kembali beraktivitas seperti semula. Senin, 19 Agst 2019 15:18 WIB Sejumlah orang keluar dan mengangkat tangannya di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur./ Antara Foto Mahasiswa asal Papua yang menempati asrama di Jalan Kalasan Nomor 10 Surabaya, Jawa Timur, sudah dilepaskan oleh polisi. Mereka kini dapat kembali beraktivitas seperti biasanya. Mereka sempat diamankan pada Sabtu, 17 Agustus 2019, karena insiden bendera Merah Putih jatuh ke selokan. Dari 43 orang yang diamankan, sebagian telah kembali berkuliah di universitas tempatnya menuntut ilmu. Menurut pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, Sahura, setelah menjalani rangkaian pemeriksaan, para mahasiswa Papua dipulangkan kembali oleh polisi sekitar pukul 23.30 WIB di hari yang sama. Kondisi terkini mahasiswa Papua di Surabayauntuk saat ini terbilang kondusif

IKB-PMPT SE-SURABAYA

IKATAN KLUGE BESAR PELAJAR DAN MAHASISWA PENGUNUNGAN TOLIKARA (IKB-PMPT) SE SURABAYA   HOME   DOCUMENTS   PPDIKTI MAHASISWA   VIDEO & MUSIC   NEW BERITA   SEJARAH IKB-PMPT   VISI DAN MISI   ▼   Beranda   Jadwal Kegiatan   ▼ Selasa, 04 Desember 2018 LAPORAN PERTANGUN -JAWAB (LPJ ) PANITIA PENERIMAAN MAHASISWA BARU IKATAN KELUARGA BESAR PELAJAR DAN MAHASISWA PENGUNUNGAN TOLIKARA ( IKB-PMPT ) KOTA  STUDI SE-SURABAYA TAHUN  2017/2018 . Alamat sekretariat jln.ketintan Timur PTT.I  RT.I RW.I No 17 NO was.081249553317 sby LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN LAPORAN PERTANGUN -JAWAB (LPJ ) PANITIA PENERIMAAN MAHASISWA BARU IKATAN KELUARGA BESAR PELAJAR DAN MAHASISWA PENGUNUNGAN TOLIKARA ( IKB-PMPT ) KOTA  STUDI SE-SURABAYA TAHUN  2017/2