MUSIBAH MENGHAMPIRIKU

Musiba menghampiri.

Malam pukul 23:40 aku mendenggar suara jeritan orang berlarian entah kemana mereka pergi, aku sedikit panik bersembunyi dalam potongan kain kusam aku melihat petir mengkilat menembus celah rumah bolongku, aku panik gementar' jantungku berdebar mendengar guntur yang begitu dasyat berpantulan tengah malam itu, aku berusaha menutup telinggaku namun, bisikan hujan menganggu dalam kepanikanku di sabtu itu' aku panik, aku takut, aku gementar, aku terpaksa menahan diri namun, mentalku pergi terbawa angin di malam itu'

Apa salahku, Ibu ? Apa salahku, Ayah ? Apa salahku, Tuhan ?

O.o.o Tuhan jujurlah padaku, apa aku berdosa terhadap kedua orangtuaku ? apa aku berdosa terhadap manusia dibumi ? apa aku berdosa terhadap alam semesta ciptaanmu dibumi ?
"Jujurlah padaku Tuhanku"

Tak terduga malam itu' aku gelisah apa yang akan terjadi padaku, apa boleh buat jika ini kehedakmu Tuhan' kali terakhir daripada hidupku aku melihat air berlumuran kabut, potongan pohon-pohon menyapu menyeretku dalam gelombang banjir di malam itu aku, kedinginan lemas, aku pasrah hidupku kepada Tuhanku biarlah terjadi kehendakmu dibumu seperti disurga.

(Kesan 5 Menit untuk Ayah,Ibu)

AYAH

Ayah meski suaramu tak semerdu nemanggilu lebut seorang ayah kau membingkaiku dengan ketulusan yang mengantarkan hatiku
menuju lembah tinggi bernama kedamaian

Tak selembut belaian suci seorang ayah namun dengan dekapanmu kau hangatkan jiwaku dengan kasihmu dan kau membuaiku dengan cintamu walaupun tangisku berderai

Seperti karang yang menjaga debu pasir Kau jaga diriku
kau lindungi tubuhku dari kotoran raga yang membasahiku kau rela diterpa deburan buih yg berlalu demi aku anakmu seakan tak pernah lelah kau hapuskan tetes air mataku seakan tak pernah bosan kau redamkan aku dari tangisan untuk segalanya bagiku

yang telah kau labuhkan di dermaga hidupku untuk semua kasih sayangmu untuk semua cinta tulusmu yang telah kau bekerja keras di jalan hidupku tiada satu hal terindah yang dapat kurangkai di lehermu hanya sebentuk puisi tak bernilai dari ketulusan hatiku untukmu ayahku tersayang terima kasih untuk semua pengorbananmu ayah.

IBU

Ibu saat kau terduduk dalam lelah yang sangat aku khawatir aku rasakan salah bergumpal-gumpal Ibu saat kau menasehatiku aku mengerti Aku paham semua harapanmu
Ibu saat melihatmu menangis aku hancur Saat melihatmu sakit aku hancur

Aku tak kuat Karena air matamu adalah butiran-butiran kristal dari lelahnya sebuah perjuangan disitu tercetak oleh dosaku karena sakitmu adalah tumpukan beban-beban yang kau bawa disitu pula tercetak dosaku

Melihat itu semua aku bisa berbuat apa? aku tak kuat aku rasakan salah terhadap ibu
rasanya percuma aku pergi Kalau ibu lelah dan sakit lalu aku diam saja

Aku rasakan salah terhadap ibu
satu hal yang menenangkanku akan dirimu Ibu
pada saat kau duduk kelelahan memandangi anakmu dengan kebahagiaan kurasa malaikat di langit melimpahkan kekuatan kepadamu dan Tuhan berikan senyuman khusus untukmu ibu tersayangku.

(Pesanku kepadamu Ibu dan Ayah)

JIKA MATAHARI PAGI TIBA

Jangan panik, melihat pohon-pohon yang terseret di jalanan.
Jangan gementar, melihat benda-benda terseret arus banjir.
Jangan takut, mendengar suara sirene ambulan berlalung-lalang
Jangan keliru, mendengar jumlah korban yang di siarkan radio
Jangan menangis jika, mayatku terbaring dalam jas jenasa BNPB
Jangan teteskan airmata, melihat goresan lukaku yang akan mereka pelester di saat mayatku terbaring didepanmu.

AYAH AKU BIASA-BIASA SAJA
IBU AKU AMAN-AMAN SAJA

SALAM DUKA TABI SENTANI

Sentani papua 19/03/2019

Editor: (Demaka Tabuni

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INFORMASI PENERIMAAN ONLINE MAHASISWA BARU 2017-2018

Kali ini saya akan posting. mengenai suku suku kanibal.