Peran Mahasiswa Dalam Perjuangan “Papua Merdeka


Peran Mahasiswa Dalam Perjuangan “Papua Merdeka”[1]

Gambar aksi FRI WP dan AMP peringati 56 tahun HUT West Papua pada 1 Desember 2017di Jakarta, Depan Gedung LHB.

Penulis: WONIKI KARUME MENDEK
Mahasiswa adalah agen perubahan. Tulang punggung bangsa. Sejarah juga menceritakan tentang Mahasiswa sebagai pelopor perjuangan pergerakan Kemerdekaan Nasional. Mahasiswa/kaum terpelajar memainkan peran penting dalam perjuangan pembebasan nasional/pembebasan rakyat tertindas.

Bagaiman dan kapan peran Mahasiswa Papua dalam “Papua Merdeka”?
Peran mahasiswa atau kaum cendekiawan memainkan peran penting dalam perjuangan pembebasan Nasional Papua Barat. 1 Desember 1961, hari nasional West Papua adalah puncak dari kehendak rakyat Papua untuk Merdeka dari Kolonialisme Belanda, yang didorong oleh kaum terpelajar Papua, yang tergabung dalam Dewan New Guinea Rad—yang merancang dan menentukan atribut Negara West Papua. 1978-84, Gerakan Seni Musik Lokal, Group MAMBESAK yang mengangkat nasionalisme Papua setelah Pepera (1969) dilakukan dibawa tekanan militer, yang dipelopori oleh Mahasiswa Antropologi Univesitas Cendrawasih, Arnol C. AP (24 tahun). Mambesak membangkitkan Nasionalisme/Persatuan dan perlawanan lewat syair ukulele dan Mob (komedia kas Papua). Ia dibunuh Oleh Kopasus karena gerakannya dianggap mengancam Negara Indonesia. Musa Mako Tabuni, sejak di usia 20an tahun, Mako memimpin gerakan Menuntut Referendum di Kota Menado semasa Ia kuliah. Usai menamatkan sarjana Hukum, Mako Tabumi kembali ke Papua, dan memimpin gerakan di Kota Timika. 2008, Ia terpilih sebagai Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat yang pertama. Memimpin gerakan dengan ribuan massa rakyat Papua Barat menuntut Kemerdekaan hingga 2012, Ia ditembak oleh tim Khusus Militer Indonesia.

1996, Gerakan Mahasiswa Papua di Jayapurat yang di pimpin oleh Benny Wenda (kini Juru Bicara ULMWP[2]) memprotesi kematian Dr. Thomas Wanggai. 1997 gerakan Mahasiswa Papua di Papua yang memprotesi Pembantaian TNI di Mapenduma, yang mengakibatkan kematian puluhan hingga ratusan warga Mapenduma. 1998, gerakan Mahasiswa yang berorientasi pada “Papua Merdeka” pun terbentuk, yakni Aliansi Mahasiswa Papua (AMP). Hingga saat ini, AMP dan Gerakan Mahasiswa yang menuntut “papua merdeka” terus melakuan perlawanan terhadap sistim yang sedang menjajah. 2006, Front Pepera terbentuk dan melakuan aksi tutup Freeport di Jayapura, yang sering kita dengar Peristiwa “Abe Berdarah”. Gerakan ini di motori oleh kaum pemuda dan Mahasiswa dari Papua dan dari Jawa. 2008, Mahasiswa Papua di Jawa melakukan eksodus ke Papua; bersatu dengan Pemuda dan Mahasiswa di Papua, menduduki Jayapura, kemudian melahirkan organisasi Komite Nasional Papua Barat, yang dimotori oleh pemuda dan Mahasiswa, yang masih terus melakuan perlawanan bersama massa rakyat West Papua.

Kenapa Mahasiswa Harus Berjuang Untuk Papua Merdeka?
Dalam berbagai sejarah kemerdekaan nasional, mahasiswa sangat berperan penting dalam perjuangan melawan kolonialisme dan Imperialisme. Melawan sistim yang menindas rakyat-bangsa, menguras kekayaam alam untuk mengakumulasi capital pemodal.

Rakyat Papua sedang berada dalam kondisi objektif yang terjajah. Kondisi tersebut tak tercipta begitu saja. Pertama, Sejarah aneksasi melalui Pepera (1969) yang belum selesai. Kedua, Sumberdaya alam yang dikuasai, dan dieksploitasi secara brutal yang mengakibatkan pada kelangsungan hidup orang Papua. Ketiga, persoalan depopulasi. Angka kematian yang meningkat drastis hingga menuju pada pemusnaha. Yang keempat, dehumanisasi dan otonomisasi manusia. Secara nasional Butah huruf rangking satu di Papua, kemiskinan, dan kesehatan buruk diatas rumpur emas, serta kaum terpelajar/intelektual papua pun dijerat dalam sistim pemerintahan yang terpusat/terstruktural dari Jakarta—sebagai pusat pemerintahan kolonial. Sehingga orang papua yang tak terberdayakan, makin termarginalkan diatas negerinya sendiri seraya kekerasaan militer yang makin mengakar di Papua.

Kondisi ini menjelaskan maksud daripada semua itu adalah kepentingan Imperialisme Amerika Serikat dan Indonesia untuk menguasai sumber daya Alam Papua. Dua tahun sebelum Pepera, pada 1967, perusahaan Raksasa Milik AS dan 23 Negara lainnya menduduk di Timika dan beroperasi disana. Pada tahun 1935, Perusahan Minyak milik Belanda di Papua, NNGPM, tepatnya di Sorong, 60% saham dikuasai oleh Amerika atas Negosiasi Kepada  Pusat Inteligen (DCI), Allan Dulles—sang legendaris, menurut Greg Poulgrain.

Selain itu, Indonesia mengambil alih semua asset-aset sumber daya alam milik Belanda pasca 1960an, setelah Belanda angkat kaki dari Papua pada 1962-63. Hingga kini, SDA Papua merupakan Paru dunia; menjadi rebutan bagi Negara-negara adikuasa untuk mengakumulasi capital pemodal.

Sehingga, jelas, seperi yang diutarakan oleh Jenderal Ali Moertopo (1962) dan Luhut Panjahitan (2015) bahwa menguasai papua oleh Indonesia, tentunya bukan untuk manusianya. Tetapi kekayaam alam yang merupakan profit capital bagi pemodal dan penguasa. Secara sistematis dan structural sistim Negara mengkoloni West Papua: betapa Penyiksaan, pengejaran, Penjarah bagi orang Papua, pembunuhan; marginalisasi, diskriminasi rasial, serta kekerasaan lainnya di Papua. Teror dan Intimidasi yang makin menyebar sampai di Pulau Jawa, diaman Mahasiswa Papua berada (kuliah).

Itulah mengapa orang Papua mengatakan kehendaknya untuk merdeka. Merdeka untuk berdiri sendiri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan merdeka, mengatur hak hidupnya sendiri berdasarkan kehendak rakyat tanpa ada tekanan, penjajahan, penindasan, dan segalah bentuk penindasan manusia terhadap manusia lain.

Posisi Mahasiswa dalam Rakyat Terjajah?
Nah, posisi Mahasiswa dalam masyarakat sebagai bagian dari terjajah. Sebagai orang Papua yang sedang terjajah. Disisi lain juga Mahasiswa yang disebut sebagai kaum terpelajar. Mereka disebut intelektual karena terdidik secara pengetahuan dan praktek pada gerak perubahan. Teori dan pengetahuan yang di imput dari dunia pendidikan (kampus) tentu akan mempraktekan/meletakan ditengah masyarakat yang sedang terjajah. Agar saling berintegrasi antara teori/pengetahun dan realitas sosial masyarakat, adalah menganalisa apa kondisi objektif Keberadan sosial Papua, hari ini. Meletakan pengetahuan kaum terpelajar ditanah rakyat Papua, tak terpisahkan dengan kondisi objketif dan kehendak rakyat untuk membebaskan diri dari penindasan. Pengetahuan dan semangat juang Mahasiswa Papua merupakan pendorong/pengerak kehendak rakyat yang sedang tertindas/dilemma oleh kondisi objektif. Menjadi pengerak kehendak rakyat Papua, hari ini, merupakan tanggungjawab moral pemuda dan mahasiswa.

Moral yang berpihak pada penderitaan rakyat Papua lah Anda dan saya akan mengabdi. Bentuk pengabdian kita, mulai dari berdiskusi tentang kondisi rill yang sedang dialami oleh rakyat Papua; menulis kritis sebagai pemuda/mahasiswa yang kritis, dan melakukan perlawanan aksi massa untuk menentang sistim yang menjajah—yang terpusat di Jakarta.
____________________
[1] Catatan ini ditulis untuk kepentingan penyadaran—koran—selebaran—kepada pemuda dan mahasiswa di Jakarta.
[2] United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat, yang didirikan tahun 2014 di Port Vila, Vanuatu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INFORMASI PENERIMAAN ONLINE MAHASISWA BARU 2017-2018

Kali ini saya akan posting. mengenai suku suku kanibal.