Amsal sudah berumur 2760 tahun. Jika kita hitung bagaimana Salomo mengkolek itu dan menjadi syair yang tak ada bandingannya. Saudara sekalian ada pro dan kontra siapa sebenarnya yang menulis Amsal. Apakah benar ini ditulis oleh Salomo. Salomo tidak menulis semua, ia Lebih cenderung yang mengkolek Amsal ini. Kita bisa mengtahuinya dari data-data di Kitab suci.
Salomo dikenang sebagai raja yang suka mengkompetisikan syair. Di masa Salomo memerintah adalah menjadi Golden Age of Salomon. Ini menjadi sebuah keadaan yang tak mungkin teulang. Dimana semua orang datang tanpa perasaan ragu-ragu menghampiri Salomo. Dalam 1 Raj. 4:29-34 kita lihat. Jikalau dunia flora dan fauna dikuasai berarti ia memiliki laboratorium, riset yang terpercaya, dan kemudian dari situ ia bersyair. Ia menciptakan semacam hasil kesimpulan atau hasil riset. Kemudian dituangkan dalam bentuk syair. Syair ini bisa dibacakan, dibukukan, dinyanyikan, dan dipatenkan menjadi sebuah teori dan prinsip yang tidak boleh berubah lagi. Dikumpulkannya semua syair dari Mesir sampai Mesopotamia. Dua kerajaan besar ini di jaman Salomo dikumpulkan sampai jatuh ke tangan Salomo. Syair yang kita baca sekarang ini bukan sembarang syair. Semua dipengaruhi oleh syair ini. Tapi kita kurang dipengaruhi karena kita kurang membacanya. Kita menganggap syair ini kuno. Membaca Amsal sangat baik sekali untuk kita. Misalnya adalah dua nasehat yang kita baca. Pertama, nasehat dari ibu. Kedua, dari bapak. Sepasang dari orang tua. Semua orang yang merasa pernah punya orang tua sampai mati ia harus menempatkan diri sebagai anak di depan buku ini. Ini yang dinamakan sebagai my son education. Kalau kita tidak sekolah atau belum sekolah, darimana kita bisa mendapatkan pendidikan paling awal kalau bukan dari orang tua kita.
Amsal terbagi menjadi dua kumpulan tulisan. Pertama, bersifat wise. Kedua, oracle. Syair yang mengisahkan sebuah kisah. Lalu kemudian dipetiklah syair-syairnya saja. Untuk mengetahui hikmat dan didikan (Ay. 2). Kita memerlukan Amsal, hikmat di sini dikatakan “kokma”, adalah “wisdom”, in the goodsense, skill full. Sesuatu yang benar-benar mengisi pikiran dan mengajar berpikir untuk mengambil keputusan dengan matang dan tepat. Kita perlu Amsal, karena sama dengan didikan. Amsal untuk mengetahui Hikmat. Untuk menerima didikan yang menjadikan pandai (Ay. 3). Serta melahirkan kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Di dalam bahasa inggris wisdom, reservesinstruction of wisdom. Di sana bukan hanya sekedar wisdom. Tetapi di sana dijelaskan sebagai “Sakkal”. Indonesia menerjemahkan menjadi pandai. Untuk menerima didikan yang menjadikan pandai. Serta melahirkan kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Kita tidak bisa jauh dari Kitab suci. Ini bukan buku biasa, ribuan tahun dari hidup kita. Tentu kita harus mendekatinya dengan cara yang seperti Ia mau. Tidak hanya sekedar baca, tetapi kita harus mengerti. Kita harus merelasikan dengan hidup kita. Saudara memiliki pikiran sematang apa. Saudara pernah punya pengalaman keputusan. Jangan pernah jauh dengan prinsip yang begitu kuat ini, yaitu salah satunya adalah Amsal.
Jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau (Ay. 10). Kata bujuk di sana sangat menarik sekali. Bujukan itu di sana dikatakan menyebabkan kita gampang sekali secara mental dan moral terpengaruh. Di sana dikatakan janganlah kamu terbujuk. Ketika kita menginginkan sesuatu kita dibujuk orang. Ketika kita mulai membuka diri untuk sesuatu yang kita perlu, kita sangat gampang terbujuk orang. Seringkali kita sendiri yang membuka bujukan.
Jika engkau dibujuk dan kamu rasa cocok dengan bujukan itu (Ay. 11), berhati-hatilah. Kalau kita baca tidak mungkin kita dibujuk seperti ini. Karena kita bukan orang yang gampang membunuh. Kita bukan orang yang gampang merampok. Kita bukan orang yang gampang melukai dan merugikan orang lain. Pada Ay. 13, kita bisa melihat di sini. Menceritakan bagaimana kita diajak untuk begitu duniawi dengan urusan materialistis. Barang-barang yang berharga dan benda-benda yang memenuhi rumah itu adalah barang rampasan. Benda yang diperoleh dengan cara yang tidak wajar, misalnya penipuan. Tentang undian misalnya judi (Ay. 14), dari semua hal ini kalau kita prinsipkan maka kita tidak akan pernah jauh dengan keadaan-keadaan itu. Semua kita mau, kita perlu uang, kita juga mengejar kekayaan.
Di dalam setiap kita ada 10 hukum dan sekitar kita ada pembujukan. Bagaimana kita menggembalakan diri. Jikalau orang lain sudah melihat kita aneh atau tidak lumrah lagi. Cepatlah berubah dan jangan lawan orang lain. Janganlah menjadi orang bodoh. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Ay. 7). Kalau kita sudah tidak bisa mengerti bahwa kita adalah bodoh. Lalu kebodohan apalagi yang bisa menggambarkan selain kebodohan kita. Di sana dijelaskan pengetahuan yang dimulai dengan takut akan Tuhan itulah yang menyebabkan kita jauh dari kebodohan. Kita tidak gampang memutuskan sesuatu. Kita lebih cepat merelasikan segala sesuatu dengan apa yang kita baca dari bukunya Tuhan.
Amsal menggunakan pola Kejadian 1, “pada mulanya adalah langit dan bumi..”, di dalam Amsal, “pada mulanya takut akan Tuhan”. Dari takut akan Tuhan itu kemudian lahirlah pikiran-pikiran yang mempengaruhi pengetahuan, hikmat, kecerdasan, skillfull, kekuatan kita untuk melakukan sesuatu dengan benar. Takut akan Tuhan itu ada hormat secara moral itulah yang dimaksud takut. Bukan takut secara fisik atau secara mental. Hormat kepada sesuatu yang sejarahnya panjang dan teruji. Ini yang harus ditanamkan sejak kecil. Rasa hormat kepada firman Tuhan yang harus kita ajarkan kepada anak-anak kita sejak kecil. Amsal mengatakan hikmat itu ada dimana-mana, tetapi bagaimana kita menangkapnya. Ini adalah bagian yang harus kita pikirkan. Kiranya kita hidup mulai sekarang mencoba lagi minta Tuhan melatih kita untuk takut akan Tuhan. Bagaimana hormat secara moral kepada Tuhan melalui firmanNya itu akan selamanya ada dalam hidup kita. Puji Tuhan! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INFORMASI PENERIMAAN ONLINE MAHASISWA BARU 2017-2018

Kali ini saya akan posting. mengenai suku suku kanibal.