Komunitas Muslim Tolikara dan komunitas Nasrani di Papua bersepakat untuk menyelesaikan masalah di Tolikara akan dilakukan secara adat. Kesepakatan itu dihasilkan dalam forum pertemuan pihak muslim Tolikara dan pemimpin Gereja Injili di Indonesia (GIDI) bertemu di Sekretariat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua, Jayapura, Rabu malam, 29 Juli 2015. 

Sekretaris Eksekutif Forum Zakat, Amin Sudarsono, yang turut dalam pertemuan itu mengatakan komunitas muslim di Tolikara diwakili oleh Ali Mukhtar, imam Masjid Baitul Muttaqin yang hangus terbakar. Sementara pihak gereja hadir Presiden GIDI, Pdt Dorman Wandikbo beserta jajaran pemimpin gereja, termasuk GIDI Wilayah Tolikara.

Ada tiga butir kesepakatan yang dihasilkan. Selain penyelesaian masalah secara adat, kesepakatan lainnya, memberikan kebebasan beribadah kepada umat Islam Tolikara, termasuk proses pembangunan masjidnya.
Semua pihak siap menjaga kondisi kehidupan yang harmonis, penuh persaudaraan dan toleransi.

Menurut Amin, pertemuan dalam rangka mediasi perdamaian itu diinisiasi oleh Ketua FKUB Papua, Pdt Lipiyus Biniluk dan Ketua PW Nahdlatul Ulama Papua, Dr Tony Wanggai. 

Imam Masjid Baitul Muttaqin (yang telah hangus terbakar) Ali Mukhtar, 
menyatakan, puluhan tahun sudah dia hidup di tanah Papua, tidak pernah
ada sengketa agama dengan gereja mana pun. 

"Saya sudah kenal lama dengan pemimpin GIDI di Tolikara, tak ada masalah. Papua tanah damai," ujarnya.

Presiden GIDI menegaskan bahwa pihaknya menyesalkan seluruh kejadian
di Tolikara. GIDI siap melakukan perdamaian sampai seterusnya.

"Kita semua adalah korban, setelah ini banyak umat GIDI di beberapa daerah yang mengalami intimidasi. Kami menyesalkan semua
kejadian kemarin," katanya. 

Setelah dua pihak bicara hati ke hati, Pdt Lipiyus Biniluk meminta semua berdamai. "Mari kembalikan kepada pihak di Tolikara, ini bisa
diselesaikan secara adat Papua," ujar Pdt Lipiyus. 

Ketua PW NU Papua Dr Tony Wanggai juga menyatakan hal sama. Selain itu, Tony Wanggai meminta agar seluruh kesepakatan bisa dituangkan secara tertulis dan disebarkan kepada khalayak.

"Malam ini, saya merinding. Menyaksikan mereka yang dituduh bertikai, bisa duduk bersama dalam satu lingkaran. Mari aminkan perdamaian di Papua, diiringi kebebasan beribadah semua umat dan keamanan tempat ibadahnya," kata Amin.

Koordinator Sinergi Tolikara dari FOZ Wilayah Papua Raya, Andi Mangewai, berharap agar usai perjanjian perdamaian itu, seluruh proses pembangunan masjid di Tolikara bisa berjalan lancar. Saat ini melalui Sinergi FOZ telah terkumpul sekitar Rp2 miliar, sumbangan dari umat Islam seluruh Indonesia melalui lembaga zakat, ormas Islam, masjid dan komunitas Islam.

"Bantuan itu harus segera kami berikan kepada muslim di Tolikara. Dengan pijakan naskah perdamaian ini, kami lebih mudah menyalurkan pembangunan masjid dan pemberdayaan ekonomi di Tolikara," kata Andi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INFORMASI PENERIMAAN ONLINE MAHASISWA BARU 2017-2018

Kali ini saya akan posting. mengenai suku suku kanibal.